Perhatian! Makan Gorengan Dapat Meningkatkan Risiko Kecemasan dan Depresi

ilustrasi gorengan/ PIXABAY

HALOJABAR.COM – Gorengan sudah menjadi makanan yang sangat dekat kehidupan sehari-hari. Hampir setiap hari manusia megkonsumsi makanan yang digoreng.

Tapi, tahukah Anda jika terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang digoreng ternyata bisa mengakibatkan risiko kecemasan dan depresi.

Hal ini karena ada beberapa hal yang menyebabkan gorengan tak baik bagi kesehatan, seperti kadar kolestrol yang terkandung dalam minyak.

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa seringnya mengonsumsi makanan yang digoreng dikaitkan dengan risiko depresi dan kecemasan yang lebih tinggi.

Meskipun makanan ini rasanya enak, mereka mungkin bukan pilihan terbaik untuk kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Misalnya, penelitian telah menemukan hubungan antara diet Barat dan peningkatan risiko kanker, diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan demensia.

Selain itu, sebuah studi tahun 2020 menunjukkan bahwa pola makan Barat memengaruhi fungsi otak yang menyebabkan kecemasan dan depresi. Namun, mekanisme yang mendasari di balik tautan ini tidak jelas.

Baru-baru ini, para ilmuwan dari China menyelidiki kemungkinan hubungan antara pola makan khas Barat dengan kecemasan dan depresi. Penelitian mereka, yang diterbitkan pada 24 April di PNAS, menemukan bahwa konsumsi gorengan yang sering sangat terkait dengan risiko yang lebih tinggi dari kondisi kesehatan mental ini.

Selain itu, tim juga mengungkapkan bahwa bahan kimia yang ada dalam gorengan mungkin menjadi alasan peningkatan risiko ini.

Studi berbasis populasi melibatkan 140.728 peserta yang tidak mengalami depresi dalam dua tahun pertama sejak dimulainya studi. Para ilmuwan mengikuti para peserta selama lebih dari 11 tahun.

Tim peneliti menemukan bahwa partisipan yang sering mengonsumsi gorengan memiliki risiko depresi 7% lebih tinggi dan risiko kecemasan 12% lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi gorengan.

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News