Sejarah Yerusalem, Tanah Suci 3 Agama dari Mulai Konflik Hingga Jatuh di Tangan Yahudi

Sejarah Yerusalem
Sejarah Yerusalem. (Pixabay)

Pada tahun 1914, Perang Dunia Pertama menyebabkan kekacauan, kehancuran dan perlunya ekspansi dan penaklukan oleh kekuatan-kekuatan Eropa. Jadi, pada tahun 1917, Yerusalem direbut oleh pasukan Inggris di bawah Jendral Edmund Allenby.

Pada tahun yang sama, Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour mengisyaratkan dukungan Pemerintah Inggris terhadap tanah air Yahudi di Palestina kepada Zionis Lord Rothschild yang kaya dan berpengaruh.

Ibu Kota Palestina

Setelah perang, Yerusalem dijadikan ibu kota Palestina tetapi berada di bawah mandat Inggris. Menjelang akhir mandat, orang-orang Arab dan Yahudi berusaha untuk menguasai kota tersebut. Namun kelompok minoritas di kota tersebut, seperti umat Kristen, lebih menyukai kota yang terbuka bagi ketiga agama tersebut.

Pendapat ini mendapat dukungan dari orang-orang Eropa di PBB, yang, dengan membagi Palestina menjadi negara-negara Arab dan Yahudi, menyatakan bahwa Yerusalem akan menjadi kota yang dikelola secara internasional, namun dalam proyeksi negara Arab.

Bahkan sebelum pemisahan tersebut berlaku pada tanggal 14 Mei 1948, pertempuran antara Yahudi dan Arab pecah di kota tersebut. Pada tanggal 28 Mei, orang-orang Yahudi di Kota Lama menyerah tetapi Kota Baru tetap berada di tangan Yahudi.

Kota Tua dan semua wilayah yang dikuasai oleh Legiun Arab – kuadran yang menandai Yerusalem Timur – dianeksasi oleh Yordania pada bulan April 1949. Negara Israel yang baru dibentuk menanggapinya dengan mempertahankan wilayah yang dikuasainya dan seterusnya pada tanggal 14 Desember 1949, Kota Baru Yerusalem dinyatakan sebagai ibu kota Israel, sebuah tujuan bermotif politik yang melambangkan sejarah dan kekuasaan Yahudi. (Berdasarkan resolusi PBB yang memperdebatkan status kota tersebut, Israel kemudian menjadikan Tel Aviv sebagai ibu kotanya.)

Exit mobile version