HALOJABAR.COM- Pada momen hari raya Idul Adha, seluruh umat muslim dianjurkan untuk melaksanakan kurban. Perlu Anda tahu bahwa, kurban ini terbagi menjadi dua jenis menurut para ulama.
Yakni kurban yang dinazarkan (wajib) dan tidak dinazarkan (sunnah). Ketika seseorang yang berkurban nazar, maka ia tidak boleh mengambil dagingnya sedikitpun.
Sedangkan yang tidak dinazarkan atau sunah, maka seseorang yang berkurban berhak memakan daging tersebut. Seseorang yang berkurban sunnah, berhak memakan atau mengambil daging kurban maksimal sepertiganya.
ـ (ولا يأكل المضحي شيئا من الأضحية المنذورة) بل يتصدق وجوبا بجميع أجزائها (ويأكل) أي يستحب للمضحي أن يأكل (من الأضحية المتطوع بها) ثلثا فأقل
Artinya, “(Orang yang berkurban tidak boleh memakan sedikit pun dari ibadah kurban yang dinazarkan [wajib]) tetapi ia wajib menyedekahkan seluruh bagian hewan kurbannya. (Ia memakan) maksudnya orang yang berkurban dianjurkan memakan (daging kurban sunnah) sepertiga bahkan lebih sedikit dari itu,” (Lihat KH Afifuddin Muhajir, Fathul Mujibil Qarib, [Situbondo, Al-Maktabah Al-Asadiyyah: 2014 M/1434 H] halaman 207).
Meski begitu, seseorang yang berkurban sunnah, tidak boleh menjual apapun yang berasal dari hewan kurbannya. Ketentuan ini tidak hanya berlaku pada kurban sunnah, yang wajib atau dinazarkan pun sama.
ـ (ولا يبيع) المضحي (من الأضحية) شيئا من لحمها أو شعرها أو جلدها أي يحرم عليه ذلك ولا يصح سواء كانت منذورة أو متطوعا بها
Artinya, “Orang yang berkurban (tidak boleh menjual daging kurban) sebagian dari daging, bulu, atau kulitnya. Maksudnya, ia haram menjualnya dan tidak sah baik itu ibadah kurban yang dinazarkan (wajib) atau ibadah kurban sunnah,” (Lihat KH Afifuddin Muhajir, Fathul Mujibil Qarib, [Situbondo, Al-Maktabah Al-Asadiyyah: 2014 M/1434 H] halaman 207).
Ketentuan Pembagian Daging Kurban
Selain diberikan sepertiganya kepada yang berkurban, daging kurban tersebut akan dibagikan kepada fakir dan miskin. Biasanya pembagian tersebut berupa daging segar.
