Musik  

Mengenal Keroncong, Aliran Musik Indonesia yang Bernuansa Portugis

sejarah keroncong
Mengenal sejarah musik keroncong di Indonesia. (Pixabay)

HALOJABAR.COM – Keroncong merupakan salah satu aliran utama dalam musik Indonesia. Penelusuran terhadap latar belakang sejarahnya dimulai dari kedatangan bangsa Portugis pertama kali ke Sunda Kelapa pada tahun 1513, dalam pelayaran mereka dari Malaka ke Maluku untuk mencari rempah-rempah (Cortesão 1944:172).

Keroncong sendiri adalah perpaduan antara musik daerah dan musik kolonial di zaman penjajahan Portugis dan Belanda. Iring-iringan musik keroncong menggunakan beberapa jenis alat musik, yaitu instrumen musik dawai, flute, dan vokal. Salah satu instrumen keroncong yang khas adalah ukulele atau gitar kecil dengan bunyi yang nyaring.

Lebih lanjutnya kita akan sedikit membahas tentang sejara musik keroncong. Langsung saja, MARKISA! Mari, kita simak bersama! berikut ulasanya

Baca Juga: Profil Band Koes Plus, Sang Pelopor Rock & Roll di Indonesia

Sejarah Musik Keroncong

Melansir dari Cultura, asal usul musik keroncong bermula dari musik yang dibawa oleh pelaut dan budak kapal dari Portugis.

Pada awalnya, jenis musik ini bernama Fado dan masuk ke Indonesia lewat Malaka pada akhir masa penjajahan Portugis sekitar tahun 1512. Musik ini menyebar dengan cepat di kalangan para budak di Malaka hingga akhirnya menyebar ke seluruh Indonesia.

Sayangnya popularitasnya meredup seiring dengan berkembangnya kultur musik populer seperti pop dan rock.
Seiring berjalannya waktu, musik Fado pun mulai mengalami berbagai perubahan hingga akhirnya alat musik yang digunakannya makin kental dengan budaya Indonesia, yaitu rebab, suling bambu, dan gamelan.

Penyebarannya berpusat dari Kampung Tugu di Batavia, di mana terdapat banyak orang-orang Meztizos, yaitu keturunan pelaut-pelaut Portugis yang menikah dengan penduduk lokal.

Baca Juga: Mengenal Genre Musik di Dunia, Mana Jenis Favoritmu, Reggae atau Pop?

Orang-orang Kampung Tugu di Batavia menciptakan tiga jenis gitar dalam musik tradisionalnya, yaitu Jitera yang paling besar, Prunga yang sedang, dan Macina yang paling kecil. Bunyi yang terdengar dari ketiga gitar ini adalah ‘krong-krong’ dan ‘cong-cong’, sehingga menjadi asal muasal nama keroncong.

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News