Suplai Kebutuhan Antisera, Bio Farma dan QSMI Thailand Berkolaborasi

Suplai Kebutuhan Antisera, Bio Farma dan QSMI Thailand Berkolaborasi
Suplai Kebutuhan Antisera, Bio Farma dan QSMI Thailand Berkolaborasi

Indonesia sendiri memiliki 350 sampai 370 spesies ular dimana 77 jenis di antaranya adalah yang memiliki bisa. Angka insiden setiap tahun diperkirakan sekitar 135.000 kasus berdasarkan laporan sepanjang 10 tahun terakhir yang dilakukan oleh Indonesia Toxinology Society dengan angka kematian 10% per tahun. Selain menyerang manusia, ular juga dapat menyerang hewan ternak sehingga hal tersebut tentunya berbahaya dan merugikan para peternak.

Direktur Produksi & Supply Chain Bio Farma, Iin Susanti mengatakan dirinya senang atas kolaborasi yang terjadi, dan hal ini menjadi harapan bagi Bio Farma sebagai jalan untuk kerja sama dengan perusahaan global lainnya.

“Saya senang atas kolaborasi yang terjadi, saya berharap ke depannya Bio Farma dapat lebih banyak lagi membuka kesempatan untuk bekerja sama dengan partner global lainnya.” ungkap Iin.

QSMI merupakan organisasi non profit di Thailand yang didirikan karena kebutuhan vaksin rabies. Organisasi secara resmi dibuka pada 26 April 1913 dengan nama “Pastura Sabha” yang kemudian berubah menjadi Sathan Pasteur atau Institute Pasteur nama ini terpilih sebagai bentuk penghargaan terhadap Louis Pasteur, penemu vaksin rabies. Pada tahun 1917, QSMI berganti nama menjadi Palang Merah Thailand (The Thai Red Cross Society), lalu 24 Mei 1920, organisasi ini berfungsi sebagai lembaga penelitian bidang kedokteran. Barulah 7 Desember 1922, QSMI resmi menjadi lembaga ilmiah yang mandiri yang telah memiliki kemampuan membuat vaksin untuk kebutuhan rakyat di Thailand. ***

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News