Keji! Menteri Israel Ingin Tiadakan Bulan Ramadhan agar Tidak Ganggu Perang

Menteri Israel Ingin Tiadakan Bulan Ramadhan
Ilustrasi - Perang Israel dan Hamas di Gaza. (Pixabay)

HALOJABAR.COM – Menteri Warisan Israel Amichai Eliyahu memicu kontroversi dengan menyarankan penghapusan bulan Ramadhan dan mengabaikan ketegangan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur selama bulan suci Ramadan.

Hal itu ia ungkapkan melalui Radio Tentara Israel, pada Jumat 1 Maret 2024 lalu.

Melansir dari Anadolu Agency, pada Senin 4 Maret 2024, Politisi sayap kanan itu adalah menteri dari partai Otzma Yehudit yang dipimpin oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir.

“Apa yang disebut bulan Ramadan harus dihapus dan ketakutan kami atas bulan ini juga harus dihapus,” kata Eliyahu kepada Army Radio, pada Jumat (1/3).

BACA JUGA: Tentara Israel Nyamar sebagai Dokter hingga Warga Sipil, Serang RS di Palestina

Mirisnya, menteri Israel ekstremis tersebut bukan kali pertama mengeluarkan kata-kata kontroversial terhadap masyarakat Gaza di sana.

Pada bulan November tahun lalu, Eliyahu menyatakan bahwa menggunakan “bom nuklir” di Jalur Gaza adalah “sebuah pilihan”, yang menyebabkan ia diskors dari jabatannya.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam wawancara dengan Radio Kol Berama dan mengundang kecaman luas, termasuk larangan untuk menghadiri rapat kabinet yang diadakan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

“Kata-kata Amichai Eliyahu tidak sesuai dengan kenyataan,” tulis Netanyahu di media sosial, menanggapi pernyataan kontroversial tersebut.

BACA JUGA: Indonesia Kutuk Keras Serangan Israel terhadap Fasilitas PBB di Gaza

Seruan Eliyahu untuk menghapuskan bulan Ramadan menambah daftar pernyataan yang memicu ketegangan di kawasan, terutama di tengah kondisi yang sudah memanas di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Bulan Ramadan dianggap sebagai waktu yang sangat penting bagi umat Islam, diisi dengan ibadah dan refleksi spiritual.

Komentar Eliyahu telah menimbulkan kecaman dari berbagai kalangan, termasuk dari komunitas internasional, yang menganggapnya sebagai provokasi yang tidak membantu upaya perdamaian di kawasan.

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News