Ridwan Kamil Raih Penghargaan Internasional Arsitektur Masjid Raya Padang

Masjid Raya Padang, Sumbar. Foto/Istimewa

BANDUNG, HALOJABAR.com – Al Fozan Award for Mosque Architecture memberikan penghargaan kepada Ridwan Kamil atas jasanya dalam merancang bangun Masjid Raya Padang, Sumbar.

Untuk diketahui, Abdullatif Al Fozan Award for Mosque Architecture merupakan organisasi non-profit yang didirikan 2011 dengan fokus utama menyoroti karya arsitektur bangunan masjid di seluruh dunia.

Penghargaan diberikan kepada team arsitektur bangunan masjid terbaik, yaitu  Masjid Raya Padang Sumatera Barat,  bersama masjid-masjid di enam negara lainnya.

“Jadi yang mendapat penghargaan itu ada tiga kategori. Satu arsitek pemenang sayembara namanya Kang Rizal Muslimin, arsitek saya dulu yang di-backup oleh kantor saya, namanya Urbane Indonesia dan PT Penta yang menggambar teknisnya gitu ya,” kata Ridwan Kamil, Kamis (23/12/2021).

Menurut Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, penghargaan tersebut diterima oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (RI) di Jeddah. Dia sendiri mengaku tak bisa hadir untuk menerima penghargaan tersebut mengingat waktu karantina yang terlalu lama.

“Karena kerepotan proses terbang ke Saudi nya, khususnya saya karena harus karantina 5 hari pulangnya 10 hari sangat tidak memungkinkan, akhirnya diwakili oleh Konjen RI di jeddah kira-kira begitu,” terang Kang Emil.

Baca juga: Ridwan Kamil Izinkan Namanya Dipakai Merek Produk UMKM dengan Dua Syarat

Kang Emil pun mengaku bangga dapat menerima penghargaan tersebut. Pasalnya, dunia mengakui bahwa Masjid Raya Padang, Sumbar sebagai karya arsitektur terbaik di dunia.

“Penghargaan ini menjadi kebanggaan karena masjid Sumbar diakui sebagai salah satu karya arsitektur terbaik di dunia,” ungkapnya.

Sementara itu, Principal Urbane Indonesia Reza Achmed Nurtjahja mengatakan, pihaknya dihubungi oleh panitia dari Abdullatif Al Fozan Award dan diminta untuk mengirimkan desain masjid yang telah dibangun dari tahun 2010.

“Kami dikontak oleh panitia dan diminta menyerahkan desain masjid dari tahun 2010. Mungkin mereka pernah melihat artikel yang membahas masjid Al Irsyad di sebuah majalah arsitektur Asia,” kata Reza.

Reza dan timnya kemudian mengirimkan sembilan desain masjid yang pernah dikerjakan dan tiga di antaranya berhasil menjadi nominator bersama 27 karya lainnya.

“Dari 200-an desain dipilih 27 dengan konteks kategorinya yang berbeda-beda. Desain gambar kerjanya dikerjakan oleh konsultan lain karena merupakan proyek pemerintah daerah,” terang Reza.

Menurut Reza, desain atap Masjid Raya Padang bukan semata-mata menduplikasi model atap bangunan lokal, melainkan terinspirasi dari peristiwa peletakan batu Hajar Aswad oleh Nabi Muhammad.

Filosofi desain tersebut menggambarkan bentuk bentangan kain yang digunakan untuk mengusung batu. Ketika itu, empat kabilah suku Quraisy berselisih pendapat mengenai siapa yang berhak memindahkan batu Hajar Aswad ke tempatnya semula.

Nabi Muhammad pun kemudian membentangkan selembar kain dan meletakkan batu tersebut sehingga dapat diusung bersama oleh setiap perwakilan.

“Jadi bentuknya seperti kain terus dibentangkan. Filosofinya berarti keadilan dan tidak ada yang menang sendiri,” jelasnya.

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News