Film Horor “Kiblat” Tuai Kontroversi, Dikritik oleh MUI

Poster film "Kiblat" (X/Twitter @ManBehindThe9un)

HALOJABAR.COM- Belakangan ini, film horor Indonesia berjudul Kiblat menuai banyak kontroversi sebelum penayangan di bioskop. Beragam kritikan dan kontroversi muncul saat perilisan poster film Kiblat ini.

Banyak yang menganggap jika poster film garapan Bobby Prasetyo ini mencermarkan agama Islam. Dalam poster film ini menunjukkan seorang tengah mengenakan mukena dalam keadaan seperti kesurupan saat rukuk.

Selain itu, dalam poster tersebut juga terlihat wajah perempuan yang tampak menengadah, tidak seperti saat rukuk dan berteriak. Hal tersebut yang memunculkan kritikan dari berbagai pihak.

Baca Juga: Mantul! Film Horor Indonesia ‘Badarahuwi di Desa Penari’ akan Tayang di Amerika Serikat

Selain itu, penamaan judul dari film ini pun menuai kontroversi di publik. Pasalnya, tidak sedikit yang menganggap jika penamaan judul tersebut merupakan bentuk eksploitasi agama Islam.

Setelah ramai dikritik, pihak rumah Produksi, Leo Pictures, akhirnya menarik promosi film tersebut dari akun media sosial mereka. Berikut ini beberapa kontroversi serta kritikan terhadap dari Kiblat.

1. Penamaan Judul

Ketua Bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Cholil Nafis menyerukan agar film yang digarap oleh rumah produksi, Leo Pictures ini tidak diputar di bioskop-bioskop tanah air.

Pasalnya, Cholil menilai jika poster promosi dari film tersebut tidak sesuai dengan judulnya. Menurut Cholil, judul dari film tersebut jika diartikan mengarah kepada arah salah ke Kabah.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Cholil Nafis (@cholilnafis)

Walaupun belum mengetahui secara pasti isi dari film tersebut, Cholil menyebut jika film ini telah menyinggung ajaran agama Islam, maka dari itu tidak layak tayang di bioskop.

“Saya tak tahu isi filmnya maka belum bisa komentar. Tapi gambarnya seram ko’ judulnya kiblat ya. Saya buka-buka arti kiblat hanya ka’bah, arah menghadapnya orang-orang shalat,” tulis Cholil dalam akun instagram pribadinya.

“Kalau ini benar sungguh film ini tak pantas diedar dan termasuk kampanye hitam terhadap ajaran agama maka film ini harus diturunkan dan tak boleh tayang,” tuturnya.

2. Penggunaan Simbol Keagamaan

Lebih lanjut, Cholil mengungkapkan kekhawatiran dirinya terhadap penggunaan simbol keagamaan sebagai alat promosi film ini. Pasalnya, Cholil menganggap jika hal tersebut sangat sensitif dan kontroversial.

Cholil mengatakan jika pihak-pihak pebisnis acapkali memanfaatkan reaksi keagamaan untuk keuntungan finansial. Pandangan Cholil ini diperkuat dengan beragam dukungan yang diberikan warganet, yang juga mengkritik film tersebut.

“Seringkali reaksi keagamaan dimainkan oleh pebisnis utk meraup untung materi. Yang gini tak boleh dibiarkan harus dilawan,” tegas Cholil.

3. Nilai Pendidikan Film

Sementara itu, da’i sekaligus penulis, Gus Hilmi mempertanyakan mengenai nilai pendidikan dari film ini. Sebab menurutnya, film tersebut dianggap tidak mendidik karena dapat membuat orang merasa takut dalam menjalankan ibadah shalat.

Gus Hilmi, seorang da’i dan penulis, mempertanyakan nilai pendidikan dari film dengan genre horor seperti Kiblat. Menurutnya, film semacam ini tidaklah mendidik, bahkan dapat membuat beberapa orang menjadi takut untuk menjalankan ibadah shalat.

“Dengan segala hormat kepada para produser film Indonesia, tolong hentikan membuat film horor seperti film Kiblat ini. Sama sekali tidak mendidik, bahkan membuat sebagian orang jadi takut sholat” ucap Gus Hilmi

“Dulu kejadian yang sama terjadi pada sekuel film makmum, khanzab dsb. Yuk bisa buat film dgn unsur religi yang lebih berkualitas,” tambahnya.***

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News