Imam Bukhari menempatkan hadis ini di bawah pembahasan tentang, disyariatkannya membaca tasmiah sebelum mengerjakan sesuatu dan mendatangi istri.
Hal ini tentu saja karena beliau mengambil kesimpulan secara umum, bahwa jika membaca tasmiah disunahkan untuk perkara jimak.
maka dari itu, perkara lain di atasnya, bersifat lebih utama untuk dimulai dengan menyebut nama Allah.
Selanjutnya, Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan:
وليس العموم ظاهرا من الحديث الذي أورده، لكن يستفاد من باب الأولى؛ لأنه إذا شرع في حالة الجماع، وهي مما أمر فيه بالصمت؛ فغيره أولى
“Kesimpulan umum demikian tidaklah secara eksplisit tampak di dalam hadis yang beliau (Imam Bukhari) kemukakan. Akan tetapi, disimpulkan dengan kaidah min baabil aulaa. Karena jika menyebut nama Allah disunahkan sebelum memulai hubungan suami istri yang notabene dikerjakan diam-diam, maka perkara lain lebih utama untuk dimulai dengan menyebut nama Allah.” (Fath Al-Bari, 1: 242)
Selain doa diatas, sangat dianjurkan untuk meminta tambahan ilmu kepada Allah sebelum belajar. Allah ‘Azza Wajalla berfirman:
وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
Artinya: “Dan katakanlah, ‘Ya Rabbi berilah aku tambahan ilmu’.” (QS. Thaha: 144)
Dari firman tersebut, Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullahu menjelaskan:
ولما كانت عجلته صلى الله عليه وسلم على تلقف الوحي ومبادرته إليه تدل على محبته التامة للعلم وحرصه عليه أمره الله تعالى أن يسأله زيادة العلم فإن العلم خير وكثرة الخير مطلوبة وهي من الله والطريق إليها الاجتهاد والشوق للعلم وسؤال الله والاستعانة به والافتقار إليه في كل وقت
Artinya: “Di dalam bersegeranya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama terhadap ilmu yang menunjukkan kecintaan beliau terhadap ilmu, Allah ‘Azza Wajalla memerintahkan agar beliau meminta tambahan ilmu. Karena ilmu adalah kebaikan dan memperbanyak kebaikan adalah hal yang diharapkan. Tidaklah hal tersebut, kecuali dari Allah. Jalan untuk mendapatkannya adalah dengan bersungguh-sungguh, cinta dengan ilmu, meminta kepada Allah, dan senantiasa butuh kepada-Nya di setiap waktu.” (Tafsir As-Sa’diy 514)
