BACA JUGA: Ketahui! Ini Perbedaan DPR dan DPD, Pahami Peran dan Fungsinya
Era Kemerdekaan dan Lahirnya Demokrasi
Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 membuka babak baru dalam sejarah demokrasi bangsa. Pemilu pertama yang diikuti oleh rakyat secara langsung diselenggarakan pada tahun 1955, di era demokrasi parlementer. Momen ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia, menandai perwujudan kedaulatan rakyat dan aspirasi politik yang bebas.
Pemilu 1955 diikuti oleh 49 partai politik dengan total 92 juta pemilih. Hasil pemilu menunjukkan bahwa PNI (Partai Nasional Indonesia) menjadi peraih suara terbanyak, diikuti oleh Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) dan Nahdlatul Ulama (NU).
Pemilu 1955 merupakan contoh pelaksanaan demokrasi yang dinamis, meskipun diwarnai berbagai gejolak politik. Keberhasilan penyelenggaraan pemilu ini menjadi bukti bahwa rakyat Indonesia mampu menjalankan sistem demokrasi dengan baik.
BACA JUGA: Jelang Pemilu, KPU KBB Ajak Generasi Z Bijak Menyerap Informasi dan Melawan Hoax
Pasang surut Demokrasi dan Pemilu
Era Orde Lama (1959-1967) mengalami pasang surut dalam penyelenggaraan Pemilu. Pemilu 1955 dan 1957 menjadi contoh pelaksanaan demokrasi yang dinamis, meskipun diwarnai berbagai gejolak politik. Pasca G30S, stabilitas politik menjadi fokus utama, dan Pemilu tidak lagi diselenggarakan.
Pemilu 1955 merupakan pemilu yang paling demokratis dalam sejarah Indonesia. Berbagai partai politik dengan beragam ideologi dan platform bersaing secara terbuka untuk mendapatkan suara rakyat. Hasil pemilu menunjukkan bahwa PNI menjadi peraih suara terbanyak, diikuti oleh Masyumi dan NU.
Namun, pasca G30S, situasi politik di Indonesia menjadi tidak stabil. Kekacauan politik dan keamanan melanda negara. Di tengah situasi tersebut, pemilu tidak lagi dianggap sebagai prioritas. Pemerintah fokus pada upaya pemulihan stabilitas dan keamanan.
