Peneliti BRIN Ungkap Penyebab Angin Puting Beliung di Rancaekek Bandung

puting beliung rancaekek sumedang
Tangkap layar video warga yang merekam detik-detik saat angin puting beliung menerjang wilayah perbatasan Bandung-Sumedang pada Rabu sore, 21 Februari 2024.

HALOJABAR.COM – Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan mengungkapkan penyebab terjadinya angin puting beliung di Rancaekek, Kabupaten Bandung, pada Rabu 21 Februari 2024 lalu.

Eddy mengatakan perubahan tata guna lahan dari sebelumnya kawasan hijau menjadi industri merupakan salah satu penyebab puting beliung Rancaekek.

“Sejak tanggal 19 dan 20 Februari 2024 sudah ada tanda-tanda indikasi kawasan itu mengalami pemanasan yang intensif,” kata Eddy, Kamis 22 Februari 2024.

BACA JUGA: Ada Ratusan, Jumlah Rumah Rusak Terdampak Angin Puting Beliung di Rancaekek Bandung

Eddy menjelaskan uap air dari utara, selatan, barat, dan timur, masuk semua ke Rancaekek, sedangkan pada kawasan lain atau daerah sekitar Rancaekek tidak ikut mengalami fenomena tersebut.
Pemanasan intensif itu membuat Rancaekek, kata dia, secara tiba-tiba menjadi kawasan pusat tekanan rendah. Awan-awan besar kumulonimbus berkumpul di Rancaekek.

“Kenapa bisa berputar? Ini ada mekanisme lain, mungkin karena ada desakan angin, katakanlah pada (ketinggian) 850 (meter) yang berasal dari Australia, kemudian berputar. Nah, di situlah terbentuk tropical cyclone,” kata Eddy.

Lebih lanjut dia menerangkan bahwa bila langit sudah mulai gelap dan pekat, angin sudah mulai kencang, tidak ada lagi cahaya matahari masuk, dan benda-benda kecil sudah mulai terangkat, maka itu adalah fase pembentukan puting beliung dari pertumbuhan menjadi puncak.

BACA JUGA: Bencana Angin Kencang di Rancaekek, Tornado atau Puting Beliung? Begini Kata Peneliti BRIN

Ketika angin sudah mulai berputar, maka puting beliung tersebut akan menelan semua kawasan yang mengalami fenomena tekanan rendah.

“Delta T (perbedaan dua suhu) tajam. Siang hari panas banget, malam hari dingin banget. Itulah yang menjadikan kawasan Rancaekek berbeda dengan kawasan di sekelilingnya,” papar Eddy.

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News