HALOJABAR.COM – Ketika berbicara tentang keluarga, kita seringkali membayangkan lingkungan yang penuh cinta, dukungan, dan kasih sayang. Namun, terkadang batas-batas antara kecintaan yang sehat dan perilaku yang tidak sehat bisa kabur, dan inilah saat ketika istilah emotional incest muncul ke permukaan.
Apa itu Emotional Incest?
Emotional incest, yang juga dikenal sebagai “covert incest” atau “parentification,” terjadi ketika orang tua (biasanya salah satu dari mereka) membawa anak-anak mereka terlalu dekat secara emosional, melewati batas-batas yang seharusnya ada dalam hubungan orang tua-anak.
Dalam situasi seperti ini, anak mungkin diminta untuk menggantikan peran pasangan atau teman bagi orang tua, yang seharusnya adalah peran yang hanya dimiliki oleh rekan dewasa.
BACA JUGA: Bahaya Emotional Incest Orang tua Terhadap Mental Anak, Mengenal dan Mengatasi Dampaknya
Tanda-tanda Emotional Incest
1. Over-Reliance Emosional: Anak mungkin merasa harus selalu tersedia untuk orang tua mereka secara emosional, bahkan saat mereka sendiri membutuhkan dukungan.
2. Berbagi Detail yang Tidak Pantas: Orang tua mungkin berbagi detail tentang kehidupan pribadi mereka yang tidak seharusnya dibagi dengan anak-anak.
3. Peran Pasangan yang Digantikan: Anak-anak mungkin merasa seperti mereka adalah “pengganti” pasangan orang tua, terlibat dalam hal-hal seperti mendengarkan masalah orang tua tentang pasangan mereka.
4. Gangguan dalam Hubungan Pasangan: Emotional incest dapat mengganggu hubungan orang tua dengan pasangan mereka, karena perasaan cemburu atau tidak nyaman muncul.
5. Perasaan Bersalah: Anak mungkin merasa bersalah jika mereka menarik diri dari kebutuhan emosional orang tua, bahkan saat mereka merasa tertekan.
BACA JUGA: 9 Suku Misterius di Indonesia, Salah Satunya Ada di Pulau Jawa
Dampak Emotional Incest
Emotional incest dapat memiliki dampak jangka panjang pada perkembangan anak. Beberapa dampak yang mungkin timbul termasuk:
– Kesulitan dalam Hubungan: Anak mungkin mengalami kesulitan dalam membentuk hubungan yang sehat dengan pasangan mereka sendiri karena mereka terbiasa berperan sebagai ‘pengganti’ pasangan orang tua.
– Rendahnya Kemandirian: Anak mungkin kesulitan mengembangkan kemandirian karena mereka telah diposisikan untuk memberikan dukungan emosional kepada orang tua.
– Rasa Bersalah dan Kekhawatiran: Anak mungkin merasa bersalah jika mereka ingin membatasi keterlibatan emosional dengan orang tua mereka, atau mereka mungkin khawatir tentang dampak ini pada orang tua.
– Masalah Identitas: Ketergantungan emosional yang berlebihan pada orang tua dapat menyebabkan anak kesulitan mengembangkan identitas mereka sendiri.
Mengatasi Emotional Incest
Penting untuk mengenali dan mengatasi emotional incest jika ada tanda-tanda. Ini mungkin melibatkan berbicara terbuka dengan pasangan tentang perasaan dan batas-batas yang seharusnya ada antara orang tua dan anak.
Bisa juga bermanfaat untuk mencari dukungan dari terapis atau konselor yang dapat membantu memahami dan mengatasi dampak yang mungkin timbul.
Memahami batas-batas yang seharusnya ada dalam hubungan orang tua-anak sangat penting untuk perkembangan emosional yang sehat. Waspadai tanda-tandanya dan berbicara terbuka tentang perasaan dan batas-batas dengan pasangan dan anak-anak.
Dengan mengutamakan kesehatan emosional dan hubungan yang sehat, kita dapat membantu anak-anak tumbuh dan berkembang dengan baik.***