Ragam  

Mengenal Neo Sufisme, Cara Mengaktivasi Spiritualitas di Era Kontemporer yang Carut-Marut Macam Ini!

Mengenal Neo Sufisme
Mengenal Neo Sufisme. (Pixabay)

Fenomena neo sufisme yang fazlur Rahman munculkan hampir sama dengan yang dilkukan Tariqah Sanusiyah yang ada di Afrika Utara. Tariqah ini didirikan oleh Muhammad bin Ali-al-Sanusi (w. 1275 H) di Makah. Tariqah Sanusiyah adalah sebuah Tariqah yang menerapkan kesufian yang ketat namun mereka aktif dalam praksis kemasyarakatan.

Tujuan dari neo sufisme sendiri sebenarnya adalah penekanan yang lebih intens pada penguatan iman sesuai dengan prinsip-prinsip aqidah Islam dan penilaian terhadap kehidupan duniawi sama pentingnya dengan kehidupan ukhrawi. Prinsip ini dikenal dengan penyeimbangan (tawazun) antara yang bersifat duniawi dengan yang bersifat ukhrawi agar tercapainya pemahaman Islam secara kaffah, tidak secara parsial saja.

Sikap puritanis pendukung neo sufisme menyebabkan perbedaan dengan paradigma sufisme terdahulu yang mengarahkan para pengikutnya untuk membenci duniawi sehingga mereka pasif. Berlainan dengan neo sufisme, yang malah mendorong dan memotivasi para pengikutnya agar aktif dan kreatif dalam kehidupan ini.

Sufisme terdahulu terlihat cenderung tertutup terhadap perkembangan pemikiran diluar, sehingga pengertian uzlah itu bukan saja dalam arti lahiriyah, tetapi juga dalam pengertian uzlah dari pendapat yang beragam. Lain halnya dengan neo sufisme yang justru sangat mendukung keanekaragaman pemahaman keagamaan dan hidup dalam pluaritas masyarakat manusia meski dengan beberpa pakem toleransi yang ada batasnya namun didasri hanya sebatas salaing mengingatkan bukan menghakimi.

Neo sufisme berupaya untuk menampung berbagai paham yang berkembang baik yang bersifat hukum atau fiqih, aspek teologis maupun aspek sufisme untuk kemudian dikristalisasikan. Mereka tidak menutup diri dari perkembangan dunia dan peradaban manusia, tetapi justru sangat menekankan pentingnya perlibatan diri dalam masyarakat secara intensif.

Cara pandang dan gaya hidup yang demikian dituangkan dalam semacam dotrin yang disebut “Ruhaniyah Al-Ijtima’iyah” atau spiritualisme sosial, istilah ini berasal dari judul buku karangan Said Ramadlan, yaitu seorang penggerak neo-sufisme di Jeneva.

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News