Teks Khutbah Idul Fitri: Revolusi Spiritual Menjadi Pribadi Lebih Baik saat Lebaran Tiba

5 Rekomendasi Tema Bacaan Khutbah untuk Idul Adha, Persiapan Ceramah untuk Lebaran
Khatib sedang menyampaikan khutbah pada Sholat Id (Unsplash/Raka Dwi WIcaksana)

Hari Raya Idul Fitri adalah hari yang sangat penting bagi kita semua. Hari ini menandai bahwa kita telah melewati bulan Ramadan, bulan yang di sepanjang harinya kita diperintahkan menahan diri dari segala kebutuhan dasar manusia yang berupa makan, minum, dan segala hal lain yang membatalkan puasa. Melalui datangnya tanggal 1 Syawal ini berarti kita akan menghadapi hari-hari seperti biasanya, yaitu hari yang kita diperbolehkan menyalurkan segala kebutuhan dasar manusia seperti makan, minum, dan lain-lain. Pada saat manusia berpuasa maka ia berbeda dengan para binatang, tapi ketika manusia sedang berbuka atau tidak berpuasa maka keberadaannya sama dengan para binatang dalam hal sama-sama berusaha memenuhi kebutuhan dasar hayawani, yakni makan, minum, dan bersetubuh.

Dalam kitab Durratun Nashihin karangan Syaikh Utsman bin Hasan Al-Khuwairi dijelaskan, manusia adalah makhluk Allah yang dalam dirinya terdapat “entitas atau sifat kebinatangan” dan “sifat kemalaikatan.” Sifat kebinatangan yang dimaksud adalah “syahwat” atau keinginan untuk melakukan segala hal yang bersifat naluri, seperti makan, minum, menyalurkan hasrat seksual, dan yang lainnya. Sedangkan sifat atau entitas kemalaikatan adalah “akal” atau pengetahuan yang selalu mengajak manusia melakukan kebaikan dan mengendalikan segala keinginan yang bersifat kebinatangan.

Jika sifat kebinatangan manusia tidak bisa dikendalikan, yakni manusia melakukan segala hal yang ia inginkan tanpa mempedulikan aturan-aturan agama, maka ia tidak jauh berbeda dengan binatang, bahkan dikatakan oleh Al-Quran ia lebih sesat daripada binatang:

أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Artinya, “Mereka seperti binatang, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS Al-A‘raf 179). Binatang diciptakan oleh Allah tidak memiliki akal, hanya memiliki syahwat semata, sehingga dalam memenuhi kebutuhan dasarnya tidak mengenal aturan agama. Ingin makan, ia akan makan apapun yang ia senangi tanpa mengetahui makanan itu milik siapa.

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News