Jangan sampai puasa yang telah kita lakukan tidak meninggalkan bekas apa-apa di dalam jiwa kita, karena sebagaimana dijelaskan oleh Al-Quran bahwa tujuan diwajibkannya puasa supaya menjadi orang yang bertakwa, laa‘allakum tattaqun. Bulan Ramadhan adalah madrasah untuk mendidik hawa nafsu. Jika setelah melewati Ramadhan seseorang masih menjadi budak hawa nafsunya berarti ia tidak lulus dalam menjalani pendidikan spiritual di dalam bulan puasa. Sebaliknya, jika perilaku seseorang mencerminkan sebagai pribadi yang bertakwa, yakni menjadi orang yang bijaksana, dapat mengelola dan mengendalikan syahwatnya, maka pertanda orang itu telah lulus di dalam menjalani penempaan diri selama satu bulan penuh.
Hadirin, hadirat yang dimuliakan Allah Dalam sebuah hadits diceritakan, ketika ada sebagian sahabat selesai melakukan jihad atau berperang melawan orang-orang kafir, Nabi Muhammad saw menyampaikan ucapan selamat datang kepadanya sembari mengingatkan perlunya menjalankan jihad yang lebih besar. Lalu sebagian sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apa maksud daripada jihad yang lebih besar? “Rasulullah saw menjawab: “Perang melawan hawa nafsu.” Dalam hadits lain dikatakan, Nabi Muhammad saw bersabda:
Artinya, “Mujahid atau orang yang berjihad adalah orang yang memerangi hawa nafsunya karena taat kepada Allah.” Imam Al-Ghazali di dalam karyanya, Ihya` ‘Ulumiddin, menyampaikan, ulama dan ahli hikmah sepakat bahwa tidak ada cara lain untuk mencapai kebahagiaan di akhirat kecuali dengan menahan hawa nafsu dan mengekang syahwat. Dalam Al-Quran surat An-Nazi‘at ayat 40-41 dinyatakan:
Artinya, “Orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surga menjadi tempat tinggalnya.”
Hadirin, hadirat, rahimakumullah