HALOJABAR.COM– Di Indonesia mudik merupakan momen yang sangat ditunggu-tunggu karena bisa bertemu, berkumpul, dan bersilaturahmi dengan keluarga besar dan sanak saudara, juga untuk berziarah.
Umumnya, suasana dari tradisi mudik jelang Ramadan inilah momen yang sangat dinantikan oleh masyarakat Indonesia, khususnya Umat Muslim. Namun, bagaimana Islam memandang tradisi tahunan ini? berikut ulasannya.
Sejatinya, istilah mudik cukup akrab di telinga masyarakat Indonesia, karena mudik lebaran Idul Fitri telah menjadi tradisi yang dilakukan dari tahun ke tahun sejak dulu di Indonesia.
Bukan hanya sekedar budaya, namun mudik juga mengandung nilai ibadah yang sangat penting. Dalam budaya mudik ada nilai upaya merajut tali persaudaraan yang diperintahkan dalam ajaran kita.
Hal ini seperti implementasi atas perintah Allah SWT untuk memelihara silaturahmi, dalam bentuk terputusnya tali persaudaraan sebagaimana diisyaratkan dalam surat ar-ra’d ayat 21.
Tentu saja, Rasulullah SAW menganjurkan agar menjaga tali persaudaraan. Seseorang yang mampu memelihara tali persaudaraannya pertanda ia termasuk orang yang mempunyai keimanan.
Selanjutnya, mudik menjadi sarana silaturahmi masyarakat Indonesia dalam mengamalkan amaliyah Islam. Ibn Alan As-Shiddiqi, dalam Dalilul Falihin Li Thuruqi Riyadhis Shalihin Juz II halaman 133-134 menyatakan: “Hakikat silaturahim adalah sikap lemah lembut dan kasih.
Senada dengan Hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda: “ Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menjaga hubungan baik silaturahmi dengan kerabatnya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam,”.
Berikut berbagai keutamaan bagi orang yang menjaga silaturahmi.
1. Mendapat ridha Allah
