Lantas bagaimana ketika kita sedang makan lalu fajar datang? Berdasarkan Al-majmu, Imam Nawawi rahimahullah telah menjelaskan bahwa ketika kita sedang makan lalu fajar terbit lalu maka harus memuntahkannya lalu melakukan ibadah puasa.
Pasalnya, apabila saat fajar terbit dan kita masih makan, maka puasa menjadi batal. Imam Nawawi mengatakan bahwa tidak ada perselisihan pendapat di antara ulama mengenai permasalahan ini.
Ketika zaman Rasulullah SAW dilakukan dua kali azan, yang pertama dikumandangkan oleh sahabat Bilal bin Rabah lalu azan yang kedua dilakukan oleh sahabat Ibnu Ummi Maktum.
إِنَّ بِلالا يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ ، فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُؤَذِّنَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ
Artinya: “Sungguh Bilal mengumandangkan azan di malam hari. Tetaplah kalian makan dan minum sampai Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan azan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ada anggapan pada masyarakat luas bahwa ketika azan subuh yang menandakan masuknya waktu fajar masih boleh untuk melanjutkan makan dan minum yang didasari pada hadis berikut:
إِذَا سَمِعَ أَحَدُكُمُ النِّدَاءَ وَالإِنَاءُ عَلَى يَدِهِ فَلاَ يَضَعْهُ حَتَّى يَقْضِىَ حَاجَتَهُ مِنْهُ
Artinya: “Jika salah seorang di antara kalian mendengar azan sedangkan sendok terakhir masih ada di tangannya, maka janganlah dia meletakkan sendok tersebut hingga dia menunaikan hajatnya hingga selesai.” (HR. Abu Daud)
Imam Al-Baihaqi menjelaskan maksud dari hadis di atas bahwa azan yang dimaksudkan adalah azan yang dikumandangkan oleh Bilal. Tujuan dari Bilal mengumandangkan azan ialah untuk membangunkan yang tidur dan mengingatkan untuk salat malam di antara umat muslim. (As-Sunan Al-Kubra Jilid 4 Halaman 369)
إِنَّ بِلالا يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ لِيُوقِظَ نَائِمَكُمْ، وَلِيُرْجِعَ قَائِمَكُمْ
Artinya: “Sesungguhnya Bilal mengumandangkan azan di malam hari untuk membangunkan orang yang tidur dan mengembalikan orang yang qiyamul lail di antara kalian.” (HR an-Nasa’i)
