Google Memecat Satu Karyawan Pro Palestina, Usai Memprotes Proyek Genosida Israel

Ilustrasi Goggle (Pixabay)

HALOJABAR.COM- Perusahaan Google memecat satu orang karyawan yang pro Palestina, karena memprotes proyek genosida Israel. Karyawan Google pro Palestina tersebut dipecat usai melakukan protes saat forum pimpinan perusahaan, yang digelar di New York, AS, beberapa waktu lalu.

“Saya menolak untuk membangun teknologi yang mendukung genosida, apartheid atau pengawasan” teriak mantan karyawan Google Cloud pada Senin 4 Maret 2024 lalu dalam sebuah video yang kemudian menjadi viral di media sosial seperti dilansir Anadolu.

Baca Juga: Awas, Ini Merek Buah Kurma Asal Israel yang Perlu Umat Muslim Ketahui

Karyawan tersebut melancarkan protes saat Direktur Pelaksana Google Israel, Barak Regev berpidato. Ia mengatakan jika proyek tersebut dapat membahayakan masyarakat Palestina.

“Proyek Nimbus membahayakan anggota komunitas Palestina” teriaknya ketika petugas keamanan mengawalnya keluar dari area tersebut.

Atas peristiwa tersebut, seorang juru bicara Google mengatakan jika karyawan tersebut kini telah dipecat. Pemecatan tersebut dilakukan karena karyawan ini dianggap “mengganggu acara resmi yang disponsori perusahaan”.

“Perilaku ini tidak baik, apa pun masalahnya, dan karyawan tersebut dipecat karena melanggar kebijakan kami” ujar juru bicara tersebut tanpa merinci kebijakan mana yang dilanggar oleh mantan karyawan tersebut.

Proyek Nimbus sendiri sangat dikecam oleh para pendukung atau pro Palestina. Proyek ini mencakup kontrak antara Google dengan Amazon senilai kurang lebih US$1 miliar. Selain itu, proyek ini juga melibatkan pemerintah dan militer Israel, untuk menyediakan layanan komputasi awan kepada Tel Aviv.

Baca Juga: Keji! Menteri Israel Ingin Tiadakan Bulan Ramadhan agar Tidak Ganggu Perang

Kecaman karyawan Google dan Amazon tertuang dalam surat terbuka pada 2021 lalu diterbitkan Guardian. Dalam surat tersebut, mereka menganggap proyek tersebut akan membuat diskriminasi dan pengusiran sistematis yang dilakukan oleh militer dan pemerintah Israel menjadi lebih kejam dan mematikan bagi warga Palestina.

“Teknologi ini memungkinkan pengawasan lebih lanjut dan pengumpulan data yang melanggar hukum mengenai warga Palestina, dan memfasilitasi perluasan pemukiman ilegal Israel di tanah Palestina” bunyi surat tersebut, yang ditandatangani oleh 90 pekerja di Google dan lebih dari 300 pekerja di Amazon pada saat itu.

Sekitar satu pekan yang lalu, lebih dari 600 karyawan Google telah menulis surat internal kepada pemimpin perusahaan untuk membatalkan sponsornya pada Forum Mind the Tech tempat Regev berbicara.

“Mohon menarik diri dari Mind the Tech, menyampaikan permintaan maaf, dan mendukung Google serta pelanggan yang putus asa atas banyaknya korban jiwa di Gaza; kami membutuhkan Google untuk berbuat lebih baik” tulis surat tersebut.

Seperti diketahui, Israel telah melancarkan serangan di Gaza, sejak 7 Oktober 2023, lalu. Dalam serangan tersebut, pihak Israel juga menerapkan blokade yang melumpuhkan wilayah kantong Palestina, menyebabkan penduduknya, khususnya penduduk Gaza utara, berada di ambang kelaparan.

Baca Juga: Diboikot Jelang Ramadan 2024, Berikut Daftar Produk Kurma Asal Israel

Hingga saat ini, Mahkamah Internasional menilai jika serangan yang dilakukan oleh Israel ini sebagai aksi Genosida. Pasalnya, tindakan keji tersebut telah menewaskan lebih dari 30.800 orang dan melukai hampir 73 ribu lainnya.

Berdasarkan data yang diterima PBB, sekitar 85 persen warga Palestina di Gaza terpaksa mengungsi akibat peristiwa tersebut. Pasalnya, serangan tersebut telah menyebabkan 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut rusak.***

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News