Miliki 110 Jenis Toga, RW 01 Kelurahan Kebongedang Menjadi ‘Bandar Obat’

Diskominfo Kota Bandung

HALOJABAR.COM- Lewat program Buruan Sae Kampung Berkebun, RW 01 Kelurahan Kebongedang sediakan ratusan jenis Tanaman Obat Keluarga (Toga).

Ketua Kampung Berkebun RW 01 Kebongedang, Elita Sari Dewi menyebut jika di lahan milik milik Buruan Sae Kampung Berkebun RW 01 Kebongedang pernah tercatat menghasilkan 110 toga.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Obat Maag Kronis yang Tradisional dan Alami

“Setiap hari, ada saja warga yang datang ke Buruan Sae Kampung Berkebun kami untuk ngobat,” ujar Elita.

“Ada daun betadine untuk luka bakar dan sariawan. Terus, ada daun bidara, pecut kuda, daun jambu, bawang merah, bawang putih, pare, kelor. Ada juga daun pandan, sirih, minahong, kumis kucing, dan masih banyak lagi jenis lainnya” ungkapnya.

Elita menjelaskan jika terdapat beberapa jenis Toga yang masih tumbuh subur di tempatnya ini. Diantaranya adalah daun handeuleum (obat radang usus dan wasir), daun zig-zag (obat luka), daun suji (obat kolesterol dan haid), mangkokan (obat panas dalam) serta keji beling (mengatasi masalah ginjal).

Elita menuturkan jika jahe merah menjadi salah satu jenis Toga yang paling sulit dikembangkan. Elita menambahkan jika dirinya mendapat bibit Toga dari Dinas Ketahan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung.

“Saya sampai gagal beberapa kali. Untungnya bibit toga kebanyakan kami dapat dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP),” ucapnya.

Berkat menjadi ‘bandar obat’, RW 01 Kelurahan Kebongedang mendapatkan penghargaan dari DKPP Kota Bandung sebagai Buruan Sae dengan toga tervariatif pada 26 Juli 2023.

Tak hanya toga, di Buruan Sae RW 01 juga terdapat banyak tanaman sayuran dan peternakan ayam serta lele. Ia menjelaskan, awal mula dibangunnya Buruan Sae RW 01 Kebongedang pada Oktober 2020, kala angka stunting cukup tinggi di wilayah tersebut.

“Bahkan Kebongedang pernah masuk ke 10 besar SK Wali Kota kategori stunting tertinggi. Lalu, kami ajukan untuk mengadakan Buruan Sae yang hasilnya mencakup protein, sayuran, dan kebutuhan lainnya. Alhamdulillah sekarang angka stunting sudah menurun banyak,” sebutnya.

Menjadi pionir pertama yang menjalankan Buruan Sae, RW 01 menginspirasi wilayah lainnya. Hingga kini, sudah ada dua RW lain yakni 08 dan 05 yang juga telah memiliki Buruan Sae.

“Alhamdulillah kami berhasil mewakili Batununggal dalam Lomba Asah Terampil tingkat Kota Bandung saat tahun 2021,” tutur Elita.

Bukan cuma budidaya tanaman dan ternak, Buruan Sae RW 01 Kebongedang juga mengolah sampah organik dan anorganik. Sampah organik, terutama buah yang tinggi glukosa dijadikan eco enzym.

Baca Juga: Obat Alami untuk Mengatasi Sariawan Tanpa Rasa Perih

“Eco enzym yang kami buat ini sudah dijual secara offline dan online juga. Alhamdulillah sering diborong karena manfaatnya juga terasa oleh konsumen. Dan yang paling penting, tidak ada bau busuk dari sampah organiknya,” jelasnya.

Sedangkan sampah anorganik disulap menjadi kreasi lain yang bernilai ekonomis juga. Seperti sampah-sampah kertas diolah jadi bubur kertas dan dibentuk ke dalam beragam kreasi.

“Ini dibikin sama anak-anak Karang Taruna RW 01,” katanya sambil menunjukkan beberapa hasil karya dari bubur kertas.

Sementara itu, Sekretariat Lurah Kebongedang, Teti Atmayanti Sari menyebutkan, Kelurahan Kebongedang sudah memiliki dua kawasan bebas sampah (KBS) yakni RW 01 dan 04. Ia berharap seluruh RW di Kelurahan Kebongedang secara bertahap bisa menjadi KBS.

“Untuk itu kami terus rutin menyosialisasikan pengelolaan sampah secara door to door. Kami juga lakukan pemilahan dari rumah ke rumah, khususnya organik,” papar Teti.

Lalu, sampah organik juga diangkut tiap dua hari sekali yang ditampung di Buruan Sae. Sampah organik yang telah dikumpulkan diolah di rumah maggot dan galon kompos lingkungan (gaspol).

“Hasilnya bisa dimanfaatkan untuk Buruan Sae. Sedangkan pengolahan sampah sisanya (residu) dibuang ke TPS, tapi sudah terpilah. Di sini ada bank sampah yang sudah bekerja sama dengan bank sampah induk,” akunya.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Obat Alami untuk Asam Urat Serta Pantangannya

Ia berharap, masyarakat sudah mulai mencoba memilah sampah dari rumah masing-masing. Minimal memilah jenis anorganik dan organik.

“Kembali ke prinsip Kang Pisman. Dengan begitu kita berharap darurat sampah tidak kembali terjadi di Kota Bandung,” harap Teti.***

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News