Penutupan TikTok Shop Hadirkan Pro Kontra, Pakar: Optimistis Berdampak Positif

Penutupan TikTok Shop Hadirkan Pro Kontra, Pakar: Optimistis Berdampak Positif
Penutupan TikTok Shop Hadirkan Pro Kontra, Pakar: Optimistis Berdampak Positif (Antonbe/Pixabay)

HALOJABAR.COM – Penutupan TikTok Shop secara resmi beberapa hari lalu, mengundang beberapa respon dan komentar dari berbagai pihak.

Salah satunya pakar ekonomi Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Jember Yohanes Gunawan Wibowo. Ia mengatakan bahwa penutupan TikTok Shop untuk sementara ini akan berimbas positif pada ekosistem e-commerce yang tercermin dalam peningkatan harga saham Bukalapak dan Tokopedia.

“Namun, itu mungkin hanya bersifat sementara karena platform digital tersebut kemungkinan akan kembali dengan cara yang berbeda,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu, dikutip melalui ANTARA.

Seperti diketahui, pemerintah resmi menutup TikTok Shop pada Rabu 4 Oktober 2023 pukul 17.00 WIB berdasarkan pada aturan pemerintah Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 31 Tahun 2023.

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50 Tahun 2020 dan Permendag Nomor 31 Tahun 2023 menyebabkan penutupan resmi TikTok Shop dengan alasan sosial commerce jadi tempat promosi dan dilarang untuk bertransaksi.

“Penutupan tersebut telah memunculkan persaingan yang lebih intens di industri e-commerce dan meningkatkan penjualan di e-commerce Facebook Ads dan Instagram Ads,” ungkapnya.

Lebih jauh, dosen Program Studi Manajemen Unmuh Jember itu mengatakan konsekuensi penutupan TikTok Shop akan mempengaruhi pelaku bisnis yang mengandalkannya. Mereka harus meningkatkan kemampuan bisnis mereka baik secara luring maupun daring.

“Secara keseluruhan, TikTok Shop adalah contoh nyata bagaimana strategi manajemen yang adaptif dapat memungkinkan bisnis bertahan dalam era disruptif yang cepat berubah,” sambungnya.

Dalam pandangannya,

Ia menilai bahwa TikTok Shop menggabungkan hiburan dengan pengalaman berbelanja, sehingga menggunakan analisis big data untuk menyajikan konten yang sesuai dengan preferensi konsumen dan menampilkan produk yang sesuai dengan keinginan mereka. Itu menciptakan fenomena pembelian impulsif yang lebih efektif.

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News