Waspada! Perempuan Lebih Berisiko Meninggal Usai Serangan Jantung Dibanding Laki-laki

ilustrasi serangan jantung/mohamed_hassan / PIXABAY

Setelah menganalisis data, para peneliti menemukan bahwa 11,8 persen perempuan meninggal 30 hari setelah pengobatan dibandingkan dengan hanya 4,6 persen laki-laki.

Setelah lima tahun, 32,1 persen wanita meninggal dibandingkan dengan 16,9 persen laki-laki, dan 34,2 persen perempuan mengalami peristiwa merugikan utama (MACE) dibandingkan dengan 19,8 persen laki-laki.

“Perempuan cenderung mengembangkan penyakit mikrovaskular yang membuat serangan jantung lebih sulit untuk dikenali dan diobati,” ungkap direktur medis di Pritikin Longevity Center, Danine Fruge seperti dilansir dari laman Medical News Today.

Alih-alih nyeri dada klasik, dr Fruge mengatakan, perempuan biasanya mengalami gejala atipikal selama serangan jantung, seperti gangguan pencernaan atau nyeri bahu yang sering mereka abaikan.

Semakin sering serangan jantung tidak diobati, semakin banyak kerusakan pada tubuh. Dalam hal gagal jantung, banyak wanita dirawat karena pergelangan kaki bengkak dengan diuretik seolah-olah pergelangan kaki bengkak adalah bagian normal dari penuaan.

Untuk memahami lebih lanjut tentang diagnosis dan pengobatan kondisi jantung pada perempuan, ditemukan banyak pasien gagal jantung meninggal tanpa diagnosis. Serangan jantung dan gagal jantung adalah kondisi kardiovaskular yang berbeda.

Serangan jantung terjadi ketika tiba-tiba kehilangan suplai darah ke jantung, sementara gagal jantung terjadi ketika jantung tidak dapat lagi memompa darah ke seluruh tubuh secara memadai.

Dalam studi ini, peneliti menemukan banyak pasien yang diobati dengan diuretik loop mungkin mengalami gagal jantung yang tidak terdiagnosis. Diuretik loop adalah sekelompok obat yang digunakan untuk mengobati gejala dan tanda kongesti akibat gagal jantung.

“Kemungkinan banyak pasien yang diobati dengan loop diuretik mengalami gagal jantung yang tidak terdiagnosis. Mungkin juga penggunaan diuretik loop yang tidak tepat membuat hasil yang merugikan,” ujar profesor kardiologi di School of Cardiovascular and Metabolic Health, University of Glasgow, dan peneliti utama penelitian ini, John Cleland.

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News