BAPER! Gadis Israel Kena Stockholm Syndrome di Momen Pertukaran Sandera: Terhamas-hamas

BAPER! Gadis Israel Kena Stockholm Syndrome di Momen Pertukaran Sandera: Terhamas-hamas
BAPER! Gadis Israel Kena Stockholm Syndrome di Momen Pertukaran Sandera: Terhamas-hamas

HALOJABAR.COM – Di tengah konflik kemanusiaan yang terjadi di Palestina, ada sisi unik yang kini menjadi perbincangan warga dunia.

Betapa tidak, saat pertukaran sandera antara Israel dan kelompok milisi Palestina, Hamas, banyak dari mereka yang berbalik simpati usai perang dinyatakan gencatan senjata.

Momen inilah yang menjadi viral hingga publik mengklaimnya sebagai fenomena Stockholm Syndrome. Banyak kamera media yang merekam, para remaja Israel justru berbalik suka kepada perlakuan petugas yang dinilai baik.

Fakta inilah yang kini viral di media sosial sebagai Terhamas-hamas. Selain banyak dijadikan bahan konten FYP, tak sedikit juga media mainstream yang sah menyebutnya sebagai Stockholm Syndrome.

Sebelumnya, usai pertempuran antara kedua belah pihak mulai mereda, Hamas menyetujui pembebasan sandera Israel yang diculik pada 7 Oktober lalu.

Baca Juga: Alasan Mengapa Israel dan Hamas Memperpanjang Gencatan Senjata

Selama proses pembebasan, tampaknya terjadi kedekatan antara para tawanan dan milisi Hamas, bahkan ada yang melaporkan bahwa seorang sandera menulis surat kepada anggota Hamas yang menyandera mereka.

Asal Usul Istilah Stockholm Syndrome

Sejarah Stockholm Syndrome bermula dari peristiwa perampokan bank di Stockholm, Swedia, pada tahun 1973 di mana para tawanan berubah simpati terhadap perampok selama masa penyanderaan.

Ada teori yang mengatakan bahwa ini mungkin merupakan respons psikologis atau mekanisme koping yang digunakan untuk bertahan hidup selama masa penyanderaan.

Beberapa psikiater evolusioner percaya bahwa ikatan antara tawanan dan penculik merupakan sifat alami manusia yang berkembang selama peradaban awal. Tujuannya, agar mereka memiliki peluang bertahan hidup.

Teori lain menyatakan bahwa reaksi positif korban terhadap pelaku kekerasan dapat muncul sebagai hasil dari adaptasi emosional terhadap situasi yang sangat stres.

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News