HALOJABAR.COM – Salah satu ibadah yang paling ditunggu dan banyak dikerjakan oleh umat muslim pada Bulan Ramadan adalah Itikaf di masjid.
Biasaya, Itikaf di masjid menjadi fenomena lazim selama Bulan Ramadan, terutama di hari 10 terakhir.
Ibadah ini merupakan aktivitas yang membutuhkan kesabaran ekstra karena meninggalkan kesenagan duniawi demi mengejar akhirat.
Itikaf adalah menahan diri di masjid yang dilakukan oleh orang tertentu dan dengan niat tertentu. Itikaf merupakan sebuah ibadah yang baik.
Itikaf memiliki tujuan yang sama dengan ibadah puasa. Keduanya bertujuan untuk menahan hawa nafsu. Itikaf dan ibadah puasa merupakan ibadah yang telah disyariatkan kepada orang terdahulu.
Ibadah itikaf sendiri secara bahasa adalah berdiam dan menahan diri. Sedangkan menurut syara’, itikaf adalah menahan diri di masjid yang dilakukan oleh orang tertentu dan dengan niat tertentu. Demikian salah satu definisi yang disebutkan dalam Hasyiyatul Bujairimi alal Khatib.
Waktu Itikaf
Itikaf biasanya diidentikkan dengan puasa dan 10 hari terakhir bulan Ramadan. Tetapi sebenarnya itikaf merupakan ibadah mulia yang dianjurkan juga dilakukan di luar blan Ramadan sebagaimana keterangan mazhab syafi’I berikut ini:
“Itikaf merupakan ibadah sunnah muakkadah, suatu ibadah yang dianjurkan setiap waktu baik pada bulan Ramadhan dan di luar Ramadan berdasarkan ijma’ ulama,” (As-Syarbini Al-Khatib, Al-Iqna fi Halli Alfazhi Abi Syuja, [Beirut, Darul Fikr: 1995 M/1415 H], halaman 247).
As-Syarbini secara jelas mengatakan, itikaf dianjurkan pada setiap waktu. Itikaf disunahkan pada bulan Ramadan dan pada bukan bulan Ramadan. Dengan demikian, ibadah itikaf tidak harus selalu dilakukan pada bulan Ramadan, tetapi juga di luar bulan Ramadan.
Sulaiman Al-Bujairimi menerangkan redaksi As-Syarbini “setiap waktu” dengan merujuk pada kondisi kapan saja tanpa mengenal waktu makruh sebagaimana berlaku pada bab ibadah salat sunah.
