Ragam  

3 Tradisi Sunat Perempuan di Indonesia

Tradisi sunat bagi perempuan di Indonesia (foto: unsplash/Aditya Nara)

Tradisi ini merupakan adat masyarakat Gorontalo untuk mengkhitan anak perempuannya yang berusia dua tahun. Tujuan dari adat ini adalah untuk menghilangkan sifat tidak baik dari anak perempuan.

Meski demikian, ternyata pada praktiknya hanya dilakukan secara simbolis seperti mencubit kemaluannya.

Setelah menjalani proses “khitan” tersebut, sang anak perempuan tersebut akan dimandikan dengan campuran air lemon dan bunga-bunga.

Lalu sehabis mandi, si anak harus melakukan tepuk mayang, memecahkan telur dan berhias. Sama halnya dengan upacara Bakayekan, pada tradisi ini sang anak akan dirias dengan riasan pengantin serta mengenakan busana adat.

Dan keluarga yang hadir akan berdoa untuk si anak perempuan tersebut.

3. Tradisi Makkatte’

Tradisi Makatte’ ini dilakukan oleh masyarakat Suku Bugis dan ditujukan untuk anak perempuan, sedangkan sunatan untuk bocah laki-laki disebut dengan Massunna’.

Tidak hanya menjadi tradisi adat, Makkatte’ juga dianggap sebagai ritual keagamaan. Hal tersebut yang membuat tradisi ini masih dilakukan hingga sekarang.

Pada tradisi ini, anak perempuan yang dikkate’ biasanya berusia empat hingga tujuh tahun. Lalu yang boleh menyunat hanyalah seorang Sanro yaitu para wanita ahli dan dipercaya oleh masyarakat Suku Bugis.

Berbeda dengan daerah Gorontalo dan Sumatera Selatan, dalam tradisi Makkatte’ khitan perempuan dilakukan ketika sang anak sudah mengenakan baju adat.

Setelah itu, anak perempuan tersebut akan digendong ke tempat yang lebih tinggi yang bertujuan agar anak tersebut bahagia dan tidak trauma. ***

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News