HALOJABAR.COM – Dalam era globalisasi yang semakin maju, peran mata uang sebagai alat pembayaran internasional memiliki dampak yang signifikan terhadap ekonomi dan kestabilan geopolitik.
Selama bertahun-tahun, dominasi Dolar Amerika Serikat (USD) sebagai mata uang cadangan utama dan alat pembayaran internasional telah menjadi topik yang diperdebatkan.
Namun, munculnya BRICS sebagai potensi pengganti Dolar Amerika telah menarik perhatian dunia internasional.
BRICS adalah akronim yang menggabungkan kelima negara anggotanya, yaitu Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Kelompok ini dibentuk pada tahun 2009 dengan tujuan untuk mempromosikan kerjasama ekonomi dan politik di antara negara-negara anggotanya.
Salah satu topik yang dibahas oleh BRICS adalah pengurangan ketergantungan terhadap Dolar Amerika dalam perdagangan internasional.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kekuatan politik dari negara-negara BRICS telah memberikan dorongan untuk mencari alternatif dalam sistem keuangan global yang didominasi oleh Dolar Amerika.
Beberapa langkah telah diambil untuk mempromosikan penggunaan mata uang nasional anggota BRICS dalam perdagangan bilateral dan multilateral. Salah satunya adalah pendirian New Development Bank (NDB), yang bertujuan untuk menyediakan pembiayaan proyek infrastruktur dan pembangunan di negara anggota BRICS.
Pada tahun 2010, dalam pertemuan tingkat tinggi BRICS, proposal penggunaan mata uang nasional anggota BRICS dalam perdagangan internasional diperkenalkan sebagai langkah untuk mengurangi ketergantungan terhadap Dolar Amerika.
Upaya ini juga bertujuan untuk mengurangi risiko fluktuasi mata uang dan meningkatkan kerjasama ekonomi di antara negara-negara anggota.
Namun, implementasi konsep ini masih menghadapi tantangan yang kompleks, termasuk perbedaan sistem keuangan dan peraturan antara negara-negara anggota.
Meskipun BRICS memiliki potensi untuk menjadi pengganti Dolar Amerika, perlu diakui bahwa perubahan semacam ini tidak akan terjadi secara instan atau tanpa tantangan.
