Menyelusuri Sejarah Nyepi, Hari Raya Keagamaan Umat Hindu

Ilustrasi hari raya Nyepi di Bali (Unsplash/Ruben Hutabarat)

HALOJABAR.COM – Nyepi berasal dari kata sepi yang artinya sunyi, senyap, lenggang, tidak ada ada kegiatan.

Hari Raya Nyepi adalah Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan atau kalender Saka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi.

Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi yang dirayakan ramai dan meriah, tahun baru Saka dimulai dengan menyepi dan melaksanakan catur brata penyepian.

Baca Juga: Berikut Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023

Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung (alam semesta/macrocosmos).

Bila kalian yang tinggal di Bali atau pernah berliburan di Bali saat Nyepi, pasti akan merasakan bagaimana suasananya yang tidak akan pernah kalian temuakan di kota lain di Indonesia.

Nyepi identik dengan suasana sepi dan gelap gulita di malam hari. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandara Internasional Ngurai Rai dan Pelabuhan Gilimanuk pun ditutup, namun tidak untuk rumah sakit.

Baca Juga: Sejarah Sabung Ayam di Nusantara, Bukan Sekadar Permain Politik Judi Biasa

Sejarah Nyepi

Kita semua tahu bahwa agama Hindu berasal dari India dengan kitab sucinya Weda. Di awal abad masehi bahkan sebelumnya, Negeri India dan wilayah sekitarnya digambarkan selalu mengalami krisis dan konflik sosial berkepanjangan.

Pertikaian antara Suku Bangsa Saka, Pahiava, Yueh Chi, dan Malaya yang saling merebutkan kekuasaan, menyebabkan terombang-ambingnya kehidupan beragama pada saat itu.

Pola pembinaan kehidupan beragama menjadi beragam, baik karena kepengikutan umat terhadap kelompok-kelompok suku bangsa, maupun karena adanya penafsiran yang saling berbeda terhadap ajaran yang diyakini.

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News