Bahaya Wasting dan Stunting: Ancaman Bagi Terwujudnya Generasi Emas Indonesia

ilustrasi MPASI / StockSnap / PIXABAY

1. Diberikan pada waktu yang tepat, yaitu saat bayi berusia 6 bulan atau sebelum itu bila kebutuhan nutrisi sudah tidak dapat dipenuhi dengan ASI.

2. Jumlah yang cukup, yaitu mencukupi kebutuhan kalori, zat gizi makro dan mikro bayi.

3. Aman, yaitu proses pembuatannya higienis dan diberikan menggunakan tangan dan peralatan yang bersih.

4. Sesuai, baik teksturnya yang sesuai dengan kemampuan usia bayi, diberikan sesuai keinginan lapar dan kenyang bayi, serta diberikan dalam frekuensi yang benar.

Baiknya sejak pemberian MPASI, ibu sudah mulai mengenalkan anak dengan beraneka ragam makanan dan rasa, karena akan mempengaruhi selera makan anak hingga dewasa nanti.

Kandungan gizi MPASI yang baik harus mencukupi zat gizi makro dan mikro. MPASI harus memiliki kandungan karbohidrat, lemak dan protein, terutama protein hewani yang tinggi zat besi.  Zat besi adalah salah satu  elemen kunci dalam optimalisasi periode 1.000 HPK, termasuk untuk pencegahan stunting.

Saat ini sebagai upaya untuk memudahkan dan memenuhi kebutuhan MPASI bayi, sudah banyak produk MPASI fortifikasi. MPASI fortifikasi adalah produk MPASI yang sudah diberikan penambahan nutrisi zat gizi makro dan mikro sesuai dengan rekomendasi dari CODEX milik FAO dan WHO.

Sebuah studi mengungkapkan bahwa bayi yang mengonsumsi MPASI homemade menunjukkan kadar hemoglobin, serum feritin, dan zat besi serum yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan MPASI fortifikasi.

Mereka juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami kekurangan berat badan, stunting, dan wasting dibandingkan bayi dengan MPASI fortifikasi. Di Indonesia, MPASI fortifikasi juga dalam pengawasan ketat dari BPOM yang tidak mengizinkan MPASI fortifikasi mengandung pengawet, pewarna atau perisa serta tidak boleh memiliki kandungan gula dan garam yang tinggi.

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News