Filosofi Ucing-ucingan, Permainan Tradisional Sunda yang Sarat Makna

ucing sumput
Ilustrasi - Makna dan filosofi Ucing-Ucingan dalam permainan tradisional Sunda. (Foto: Kemdikbud)

Menjadi kucing merupakan konsekuensi saat kalah dalam pengundian.

Meskipun peran sebagai ucing kerap kali menjadi bahan olok-olok teman sebagai sesuatu yang buruk, permainan ini justru merupakan sarana pembuktian diri bagi seseorang yang berperan sebagai ucing berusaha mendayagunakan seluruh kemampuan agar dapat bangkit dari keterpurukan.

Kata ucing (kucing) dalam permainan tradisional anak merepresentasikan dengan kolektif masyarakat yang menjadi identitas lokal masyarakat Sunda.

Banyaknya permainan anak dengan kata ucing sebagai ikon kata dalam permainan tersebut mereprestasikan bahwa kucing merupakan hewan yang terdekat dengan manusia yang berada di dalam rumah maupun di luar rumah.

Katakter kucing yang lincah, lucu, baik, namun suka mencuri makanan dengan mengendap-ngendap dan mengejar-ngejar tikus merupakan simbol bahwa peran yang semestinya dalam kehidupan adalah sosok seperti kucing yang harus lincah berjuang untuk melepaskan dari keterpurukan.

Hal ini berperan juga sebagai norma-norma sosial dan media pendidikan bagi anak.***

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News