Bagaimana Kondisi Samudra Pasifik setelah Jepang Buang Limbah Nuklir di Fukushima? Begini Dampaknya terhadap Indonesia!

Kondisi laut di Fukushima, Samudra Pasifik sangat hitam setelah Jepang membuang air limbah yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

HALOJABAR.COM – Setelah Jepang membuang air limbah yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima, Samudra Pasifik dikhawatirkan akan tercemar.

Sepanjang pantai Pantai Yotsukura, Iwaki di Laut Timur Jepang menjadi kotor hotam pekat lantaran limbah nuklir.

Jepang mulai membuang limbah PLTN sejak 24 Agustus 2023 usai mendapatkan restu dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) —Badan pengawas nuklir PBB —.

Pembuangan limbah ini akibat kerusakan PLTN karena dihantam tsunami pada 2011, lebih dari satu juta ton air limbah yang telah diolah terakumulasi di sana.

Menanggapi hal tersebut, Profesor riset di Pusat Riset Teknologi Daur Bahan Bakar Nuklir dan Limbah Radioaktif BRIN Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan, Indonesia tak perlu khawatir terkontaminasi.

Menurut dia, kondisi laut Indonesia tidak akan terpengaruh dari pembuangan limbah nuklir Fukushima ke laut yang dilakukan saat ini.

Dirinya pun membandingkan pembuangan limbah saat ini dengan insiden kebocoran Reaktor Fukushima pada 2011. Berdasarkan penelitian para ahli, tidak ditemukan dampak signifikan terhadap perairan di Indonesia.

Sementara itu, melansir Antara News, ribuan nelayan, aktivis, dan politisi Korea Selatan (Korsel) menggelar unjuk rasa di pusat Kota Seoul pada Sabtu 26 Agustus 2023 untuk mengecam pembuangan air limbah yang terkontaminasi nuklir ke laut oleh Jepang.

Mereka meneriakkan kalimat-kalimat seperti “Segera hentikan pembuangan air limbah radioaktif ke laut” dan “Jepang harus menyimpan air limbah terkontaminasi nuklir di negaranya sendiri”.

Para pendemo mendesak pemerintah Korsel untuk mengajukan gugatan terhadap pemerintah Jepang ke Pengadilan Internasional.

“Bahkan jika nelayan menangkap kepiting biru, para pedagang tidak akan mengambilnya meski harganya sudah anjlok lebih dari setengahnya. Pasar grosir produk laut (di Seoul, Busan, dan kota-kota lainnya) mengalami kelesuan bisnis,” ujar Kim Young-bok, seorang nelayan berusia 63 tahun dari wilayah Yeonggwang di pesisir barat daya Korsel dalam aksi unjuk rasa tersebut.

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News