Unik, 5 Tradisi Ngabuburit Warga Bandung saat Zaman Dulu

tradisi ngabuburit
Ilustrasi, Bandung Tempo Dulu. (Native Indonesia)

HALOJABAR.COM – Tradisi ngabuburit identik dengan bulan puasa Ramadhan di Indonesia. Ngabuburit ini tentu sudah menjadi tradisi yang sudah lama dilakukan.

Tradisi ini bermula di tanah Priangan yang berasal dari kata burit, yakni waktu sore menjelang petang.

Kata ‘ngabuburit’ berarti berkegiatan menunggu waktu burit.

Berbeda dengan sekarang, ngabuburit pada awalnya hanya sekedar duduk-duduk menikmati sore di tanah lapangan seperti Alun-alun atau ngurek, mencari belut dengan seutas benang nilon berkail.

Terlebih di awal abad ke-20, diceritakan, terutama kaum laki-laki, mereka keluar rumah pada sore hari dengan membawa sarung dan berkalung handuk. Mereka menuju Alun-alun Bandung.

BACA JUGA: Nonton Sambil Ngabuburit, Ini 10 Film Religi yang Rilis di Netflix

Nah, seperti apa momen ngabuburit warga Bandung di zaman dulu? Berikut ini deretannya, seperti dilansir dari detikJabar.

1. Menyelam di Leuwi Pajati

Masyarakat di Kota Bandung pada awal abad ke-20 masihlah bersahabat dengan alam. Karenanya, kondisi sungai terjaga kebersihannya.

Di sungai, sering ada area yang lebih dalam dari dasar sungai lainnya. Area yang dalam itu dinamai Leuwi.

Pada area leuwi, sering ada ikan bergumul. Menyelam di leuwi, boleh dipastikan akan selalu bersentuhan dengan ikan yang bisa ditangkap, dibawa pulang, dan dikonsumsi.

Di bawah Viaduct, ada Leuwi Pajati. Jika sore pada bulan Ramadhan, masyarakat sering datang ke sini untuk mandi dan yang bisa menyelam, akan menyelam sambil menangkap ikan.

Muhamad Fajar N, Sulasman, dan Usman Supendi dalam Historia Madania, Vol. 2, No. 2, 2018 mengutip deskripsi Haryoto Kunto (1996) bahwa ketika bulan puasa ba’da Ashar, ramai orang mandi atau ngabuburit ke Leuwi Pajati.

“Selain mandi-mandi, lubuk di bawah Viaduct itu, airnya jernih dan banyak ikannya. Mereka yang pandai menyelam, terkadang berhasil menangkap udang kecil, berbagai macam ikan, seperti deleg, beunteur, bogo, dan tawes. Lumayan dibawa ke rumah untuk lawuh berbuka puasa,” tulisnya.

2. Mandi Sore di Sumur Bor

Pada awal abad ke-20, pengelola Kota Bandung membuat sumur bor untuk masyarakat.
Sebelumnya, masyarakat bergantung pada aliran air sungai, sebab untuk menggali sumur, perlu penggalian yang dalam sebelum air tanah keluar.

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News