Unik, 5 Tradisi Ngabuburit Warga Bandung saat Zaman Dulu

tradisi ngabuburit
Ilustrasi, Bandung Tempo Dulu. (Native Indonesia)

Dengan adanya sumur bor, maka lambat laun masyarakat beralih ke penyediaan air bersih itu, meski untuk mendapatkan air itu, masyarakat harus membayar.

BACA JUGA: Museum Galeri Bahari Cocok Jadi Tempat Ngabuburit di Kabupaten Bandung Barat

Sumur bor yang disediakan bagi masyarakat Kota Bandung dibangun di depan Kantor Pos (Alun-alun), di belakang Gubernuran (Cicendo), depan Kelenteng (Ciroyom), kemudian di simpang Jalan Merdeka-Riau, dan satu lagi di muka Sakola Menak, Tegalega.

“Dengan membayar uang logam satu sen, orang bisa mendapatkan air bersih untuk minum, masak dan mandi. Pada lokasi sumur bor itu terdapat pemandian umum yang terpisah buat pria dan wanita. Mungkin karena orang Bandung terkenal suka berseka, cinta kebersihan, keindahan dan kesehatan, maka mandi di sumur bor sempat jadi mode kala itu,” tulis Muhammad Fajar N, dkk.

3. Duduk-duduk di Bawah Wilhelmina-Juliana Boom

Karena banyak dibuatkan sumur bor berikut pemandian umumnya, kaum lelaki pada sore-sore pergi ke pemandian umum. Mereka mandi di tempat itu.

Sebelumnya, dari rumah, mereka keluar dengan membawa sarung dan mengalungkan handuk di leher.

Di antara yang banyak dikunjungi masyarakat pada sore hari saat bulan puasa adalah sumur bor di Kantor Pos. Kaum lelaki mandi dengan tujuan selesai mandi, mereka akan ngabuburit di Alun-alun. Mereka duduk-duduk di bawah beringin Alun-alun.

“Jadi bukan pemandangan yang aneh bila ba’da Ashar pada bulan puasa, kaum pria keluar rumah membawa sarung dan berkalung handuk menuju Alun-alun. Dapat dipastikan mereka akan mandi di sumur bor dekat Kantor Pos, lalu ngabuburit dengan duduk-duduk di bawah Wilhelmina dan Juliana Boom. Yakni, sepasang pohon beringin yang ditanam di Alun-alun Bandung untuk memperingati ratu Belanda,” tulis jurnal itu.

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News