Ragam  

Waspada, Penyakit Parkinson Ditandai Sering Mimpi Buruk

Ilustrasi Mimpi Buruk: waspada jika terlalu sering mimpi buruk bisa jadi awal tanda penyakit pakinson. (magwood_photography/PIXABAY)

HALOJABAR.COM – Banyak orang mengatakan jika mimpi adalah “bunganya” tidur. Akan tetapi, tahukah Anda jika terlalu sering mimpi buruk merupakan tanda awal menderita penyakit otak.

Jika Annda merasa terlalu sering mimpi buruk, berarti perlu waspada dan segera memeriksakan kesehatan oak ke dokter spesialis.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan para ahli di University of Birmingham di Inggris, menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara mimpi buruk dan penyakit Parkinson.

Seperti dilansir dari Best Life Online, Sabtu 28Januari 2023, dalam studi pada Juni 2022 yang diterbitkan di eClinicalMedicine, para peneliti menggunakan data dari AS selama 12 tahun dan menganalisis 3.818 pria lanjut usia yang hidup mandiri.

Dari jumlah tersebut, ada 91 kasus penyakit Parkinson yang didiagnosis pada akhir penelitian. Menurut para peneliti, peserta yang sering mengalami mimpi buruk dua kali lebih mungkin mengalami Parkinson dibandingkan mereka yang tidak.

Mereka yang mengalami peningkatan mimpi buruk selama lima tahun pertama penelitian lebih dari tiga kali lebih mungkin untuk mengidap penyakit tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa mimpi yang sering mengganggu mungkin merupakan gejala prodromal (penyakit Parkinson), studi tersebut menyatakan.

Rupanya Parkinson bukan satu-satunya gangguan otak yang berpotensi terkait dengan mimpi buruk. Sebuah studi lanjutan dari peneliti yang sama, diterbitkan Oktober 2022 di eClinicalMedicine, menemukan hubungan antara mimpi buruk dan demensia.

Studi tersebut mengamati data dari lebih dari 600 orang di AS antara usia 35 hingga 64 tahun dan 2.600 orang berusia 79 tahun ke atas.

“Saya menemukan bahwa peserta paruh baya yang mengalami mimpi buruk setiap minggu empat kali lebih mungkin mengalami penurunan kognitif (pendahulu demensia) selama dekade berikutnya. Sedangkan peserta yang lebih tua dua kali lebih mungkin didiagnosis menderita demensia,” ungkap tulis penulis Abidemi Otaiku dalam sebuah artikel untuk Science Alert.

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News