HALOJABAR.COM – Semua manusia dengan segala keunikanya ini membuat banyak sekali orang-orang ynag menyimpang dari perilaku umum itu diasingkan dan diberi nama penyakit atas sikap mereka. Seperti halnya orang-orang yang merasa mati padahal mereka masih hidup dan orang-orang aneh dan langka ini disebut penyandang delusi cotard.
Pengertian Delusi Cotard
Delusi cotard termasuk ke dalam sindrom langka. Pengidap percaya bahwa memiliki bagian tubuh yang tidak lengkap. Delusi ini rentan dialami oleh pengidap gangguan kesehatan mental dan masalah neurologis (otak dan sistem saraf).
Penyebab Delusi Cotard
Belum diketahui apa yang menjadi penyebab pasti dari delusi cotard. Namun, kondisi ini merupakan bagian dari gangguan yang mempengaruhi otak, seperti:
- Demensia (penyakit yang menyebabkan penurunan daya ingat dan cara berpikir seseorang).
- Ensefalopati (penyakit yang menyerang struktur atau fungsi otak).
- Epilepsi (gangguan pada sistem saraf pusat karena pola aktivitas listrik otak yang berlebihan).
- Migrain (sakit di salah satu sisi kepala yang disertai dengan sensasi rada berdenyut).
- Sklerosis ganda (sekelompok gangguan yang terjadi pada saraf otak, mata dan tulang belakang).
- Penyakit Parkinson (gangguan pada sistem saraf yang mengganggu kemampuan tubuh dalam mengontrol gerakan dan keseimbangan).
- Perdarahan yang terjadi di luar otak akibat cedera otak parah.
- Para ahli berpendapat bahwa delusi cotard disebabkan oleh dua jenis kerusakan otak. Pertama, gangguan mengubah cara orang memandang diri sendiri. Kedua, gangguan menyebabkan pengidap mempercayai cara pandang yang salah tentang dirinya.
Faktor Pemicu Delusi Cotard
Adapun faktor yang meningkatkan risiko delusi cotard, antara lain:
-Berusia di atas 50 tahun.
-Berusia di bawah 25 tahun dengan depresi atau gangguan bipolar.
-Berjenis kelamin wanita.
-Mengalami depresi pasca-persalinan.
-Mengidap skizofrenia (gangguan kejiwaan kronis saat seseorang mengalami halusinasi, delusi, kekacauan dalam berpikir, dan perubahan sikap).
Gejala Delusi Cotard
Gejala bisa berdampak pada kondisi psikologis dan fisik pengidap. Adapun, gejala yang tampak, meliputi: