Menyelisik Sejarah Ucing Sumput, Permainan Tradisional Petak Umpet di Indonesia

ucing sumput
Ilustrasi - Makna dan filosofi Ucing-Ucingan dalam permainan tradisional Sunda. (Foto: Kemdikbud)

Jika si kucing ini menemukan temannya yang bersembunyi, si kucing harus berlari ke tempat ia memejamkan mata dan mengatakan hong atau 25.

Menurut pendiri komunitas Hong, Muhamamad Zaini Alif, Hong sendiri diambil dari kata-kata ajaib yang kerap anak-anak ungkapkan saat bermain, hom pim pah alaihom gambreng!

Setelah meneliti kata-kata ajaib itu, akhirnya Zaini menemukan bahwa “hom” menunjukkan Tuhan.

“Hom-whom-ho-hu-huwa-Tuhan. Hom pim pah alaihom artinya dari Tuhan balik lagi ke Tuhan,” ungkapnya.

Di situlah makna mengapa anak-anak selalu membulak-balikkan tangannya saat mengucapkan kata-kata ajaib ini. Bukan hanya sekadar kata-kata ajaib, Komunitas Hong menyebutnya ini sebagai doa anak-anak sebelum bermain. Jika sudah berdoa, maka sudah waktunya untuk bermain.

“Kalau ‘gambreng’ itu mengingatkan, ‘Hey, kamu semua bahwa kamu akan balik lagi ke Tuhan.’ Selesai semua, berpasrahlah kamu. Makanya anak-anak kalau bermain hom pim pah selalu berpasrah,” ungkapnya.

Makna Hong dalam Kehidupan Nyata

Ketika anak kaHongkeun (terkena Hong) oleh si ucing, maka dia tidak bisa bermain lagi dan hanya menonton teman-temannya yang meneruskan permainan.

Begitupun manusia di dunia ini, saat di-hongkeun oleh tuhan, maka manusia harus bertemu dengan tuhan dan tidak bisa bermain lagi di dunia.

Dalam permainan tradisional jawa barat Hong 25 memiliki makna filosofi ketuhanan. Hong yang memiliki makna bertemu dengan arian atau makna lebih yaitu bertemu Tuhan.

“Ketika ada lawan yang ditemukan, maka akan diucapkan dengan suara yang keras. HOOONG, yang artinya ketemu dalam bahasa Sunda,” ujar Zaini.***

Follow dan baca artikel terbaru dan menarik lainnya dari HaloJabar di Google News